Privilege dan Kesuksesan

Katanya manusia itu sama, tapi kenapa kita memiliki kesempatan yang berbeda?

Khairunnisa
4 min readJan 13, 2020
o

Kerja keras dan disiplin. Dua kata ini merupakan beberapa kata yang sering dilontarkan CEO dan pebisnis jika ditanya mengenai resep kesuksesan mereka.

Namun ada satu hal yang jarang dibicarakan oleh mereka,

Privilege. Hak istimewa. Kesempatan.

Jika kerja keras dan disiplin merupakan beberapa faktor internal yang mempengaruhi kesuksesan seseorang, privilege adalah faktor eksternal yang juga ikut andil dalam menentukan ‘kemulusan’ jalan hidup seseorang dalam menggapai sesuatu. Kenapa bisa ada privilege? Apakah privilege merupakan produk kapitalis?

Beberapa contoh dari privilege itu sendiri ada pendidikan, tingkatan sosial-ekonomi, relasi, nama keluarga, kekuasaan orang tua, hingga hal-hal yang tidak bisa kita ubah seperti periode kelahiran juga dapat mempengaruhi kesempatan seseorang meraih kesuksesan.

Aku baru saja selesai membaca Outliers yang ditulis oleh Malcom Galdwell. Di buku ini dijelaskan berbagai kisah kesuksesan dalam versi zoom out — yaitu tidak hanya dilihat dari kualitas diri orang tersebut namun juga melihat lingkungan mereka.

Salah satu kisah sukses yang diceritakan dari buku Outliers adalah salah satu miliyuner terkaya dunia yaitu Bill Gates. Ia merupakan penemu salah perusahaan jaringan lunak raksasa — Microsoft. Kesuksesan Bill Gates pasti membuat banyak orang bertanya-tanya resep sukses Bill Gates. Apakah hanya kerja keras dan disiplin saja yang bisa membuat Bill Gates menjadi kaya raya? Ayo kita lihat sejarah hidup Bill Gates. Ayah Bill Gates merupakan seorang pengacara kaya raya di Seattle, Washington dan ibu Bill Gates merupakan anak dari seorang banker yang cukup mapan. Dari segi status sosial ekonomi, Bill Gates lahir dari sebuah keluarga dengan ekonomi yang sangat baik. Karena status sosioekonomi-nya ini membuat Bill Gates dapat bersekolah di salah satu sekolah paling prestijius di Seattle, yaitu Lakeside School. Di Lakeside School inilah Bill Gates menghabiskan waktunya untuk mendalami programing. Pada tahun 1970-an, komputer merupakan salah satu benda langka dengan harga yang sangat mahal dan Lakeside School merupakan salah satu sekolah di Amerika Serikat yang memiliki fasilitas komputer di sekolahnya. Bill Gates bercerita di salah satu interview-nya bahwa saat ia bersekolah di Lakeside, ia menghabiskan waktu siang dan malam di ruangan komputer tersebut. Dan saat ia lulus dari Lakeside, Bill Gates melanjutkan pendidikannya di Universitas Harvard walaupun berakhir dengan drop out karena ingin merintis karirnya dalam bidang komputer.

Dari cerita Bill Gates diatas, kita bisa melihat beberapa hal. Bill Gates terlahir dari keluarga yang berkecukupan dan dapat bersekolah di salah satu sekolah yang menyediakan komputer — dan pada tahun 70-an komputer bukan merupakan barang yang umum seperti sekarang dan pada tahun tersebut belum banyak orang yang menguasai komputer karena untuk mengakses komputer dibutuhkan biaya yang sangat mahal. Ya, Bill Gates merupakan seorang mahasiswa yang di drop out, namun ia juga seseorang mahasiswa drop out yang bertahun-tahun mendalami program komputer dan tahu dengan jelas apa tujuan selanjutnya dan ya, dia kaya. Orang tuanya mungkin dapat membantunya secara materi jika saja idenya gagal. Kasarnya, ia tidak akan menjadi gelandangan jika ia bangkrut. Bill Gates memiliki segudang kesempatan yang tidak dimiliki orang lain. Jika Bill Gates tidak terlahir di keluarga kaya dan tidak bersekolah di Lakeside, apakah Bill Gates dapat kaya raya seperti sekarang?

Dari cerita Bill Gates ini, kita dapat melihat bahwa untuk menjadi sukses bukan hanya kualitas diri kita yang menjadi faktor penentu kesuksesan namun juga banyak faktor-faktor luar yang memegang peranan penting.

Jika Bill Gates merupakan salah satu contoh orang sukses yang memiliki privilege secara finansial, salah satu faktor yang juga menentukan adalah: ras dan gender. Meskipun gerakan hak kesetaraan ras dan gender sudah banyak dilakukan diberbagai negara, namun tidak bisa dielakkan bahwa ras dan gender tertentu memiliki privilege lebih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Georgetown, pelamar pekerjaan dengan ras putih memiliki kesempatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dibandingkan ras hitam.

Bagaimana seseorang memilih untuk terlahir menjadi ras tertentu?

Manusia itu sama, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kita memiliki garis start yang berbeda. Namun, jika tidak disertai kerja keras dan disiplin semuanya akan tetap sia-sia. Bill Gates juga tidak akan menjadi seperti sekarang jika ia tidak bekerja keras dalam merintis bisnisnya dan tidak sungguh-sungguh dalam mempelajari programing, ia tetap tidak akan menjadi Bill Gates yang kita kenal sekarang. Bill Gates punya keduanya: kualitas diri dan privilege.

Kita tidak bisa menentukan ras dan gender kita, bahkan kita juga tidak bisa menentukan status sosioekonomi keluarga kita ketika lahir. Jadi apa yang kita lakukan?

Kerja keras dan disiplin. Meningkatkan kualitas diri. Apa lagi?

Semoga dengan meningkatkan kualitas diri, Tuhan akan memberi ruang untuk kita akan kesempatan-kesempatan itu dan semoga suatu saat pemerintah atau penguasa dapat membuat program yang dapat mempersempit ‘jurang menganga’ yang cukup lebar di antara masyarakat ini.

Semoga dan hanya semoga.

--

--

Khairunnisa
Khairunnisa

Written by Khairunnisa

A reader and (occasionally) a writer.

No responses yet